Hallobanua.com, Kabupaten Banjar - Saat ini peran kopi tidak hanya sebagai minuman, tetapi sudah bertransformasi menjadi tren gaya hidup yang digemari semua kalangan, terkhusus kalangan anak muda.
Bisnis kedai kopi pun semakin menjamur di seluruh penjuru Indonesia. Banyak jenis biji kopi yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia berkuasa di negeri sendiri. Tidak terkecuali di Banjarmasin, biji kopi yang berasal dari Jawa, Sumatera dan Sulawesi masih menjadi primadona untuk diolah dan dijual kepada pelanggan.
Sebenarnya Kalimantan Selatan juga mempunyai biji kopi yang juga bisa dikomersilkan layaknya biji kopi yang berasal dari daerah lain di Indonesia.
Kopi Aranio namanya. Aranio sendiri merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Banjar yang terkenal dengan biji kopinya.
Salah satu warga yang memiliki kebun kopi Aranio adalah Asmari (54), Ia memiliki 2 hektar kebun kopi yang merupakan bagian dari 100 hektar kebun kopi yang ada di Desa Tiwingan Baru, Aranio, Kabupaten Banjar.
Diakui Asmari, hasil panen belakangan ini tidak sebanyak hasil panen sebelumnya dikarenakan cuaca yang kurang bersahabat dalam beberapa bulan ke belakang.
"Tanaman kopi yang tumbuh di desa kami ini sudah berusia puluhan tahun dan rata-rata tumbuh tinggi hingga 4-5 meter karena tidak dirawat," ujar Asmari yang juga Bendahara Kelompok Tani Hutan (KTH) Tunas Muda Desa Tiwingan Baru, Senin (19/10/20).
Bahkan indukan tanaman kopi ini berasal dari desa mereka sebelum ditenggelamkan proyek waduk yang ditanam pada zaman kolonial Belanda. Karena tidak dirawat hasil panen kopi di desa yang berkontur perbukitan ini tidak sebanyak hasil panen kopi budidaya dan biji kopinya pun lebih kecil.
Dalam setiap hektarnya hasil panen hutan kopi ini hanya 10-15 blek atau sekitar 100 kilogram dengan harga normal Rp30 ribu per kilogram kopi kering giling.
Sementara itu, menurut, Arianto selaku Ketua KTH Tunas Muda mengatakan bahwa awalnya berkebun kopi adalah kegiatan sampingan bagi 30 keluarga warga Desa Tiwingan Baru.
"Selama ini warga kami berprofesi sebagai petambak ikan keramba di waduk Riam Kanan dan petani karet. Hasil hutan berupa durian, jengkol dan kopi hanya selingan," kata Arianto.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir ini pamor kopi meningkat. Minum kopi menjadi gaya hidup masyarakat baik tua dan muda. Seiring dengan itu permintaan kopi pun meningkat.
"Lambat laun kopi Aranio banyak dikenal masyarakat bahkan sampai luar negeri," tutur Arianto sembari menyebut warga Desa Tiwingan Baru sudah memiliki produk kopi bermerk Aranio Kopi.
Budidaya Kopi Aranio Tiwingan Baru merupakan salah satu desa yang ada di kawasan waduk Riam Kanan di wilayah Kabupaten Banjar. Untuk menuju desa wisata yang dikenal dengan obyek wisata alam perbukitan Bukit Batas ini harus menggunakan perahu motor dengan waktu tempuh sekitar satu jam dari dermaga Tiwingan Lama.
Sementara itu menurut Haryuni, yang merupakan Penyuluh Kehutanan Desa Tiwingan Baru mengatakan desa ini menjadi salah satu sentra produksi kopi tradisional yang ada di Kalsel.
"Ada beberapa desa di Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar yang memang dikenal sebagai daerah penghasil kopi khas Kalsel yang disebut Kopi Aranio," tuturnya.
Melihat besarnya potensi kopi ini, melalui program perhutanan sosial dan Kebun Bibit Desa (KBD) Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel membantu budidaya tanaman kopi guna meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar hutan.
Di Desa Tiwingan Baru ada 40 ribu batang bibit tanaman kopi yang nantinya akan ditanam untuk peremajaan tanaman kopi di wilayah tersebut.
Selain Desa Tiwingan Baru, Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel juga membangun sejumlah KBD khusus tanaman kopi di beberapa daerah lain, seperti di Desa Tiwingan Lama, Desa Balai dan Desa Rantau Bujur.
Penulis Tim Liputan
Editor Yayan
0 Komentar