Organisasi Perempuan dan Mahasiswa Serukan Tindak Kekerasan Perempuan


hallobanua.com, Banjarmasin - Puluhan orang yang tergabung dalam organisasi Mahardika Perempuan, Narasi Perempuan serta gabungan Mahasiswa di Bajarmasin, melakukan orasi di Bundaran Hotel A Banjarmasin, Senin (08/03/21) siang. 

Dalam aksinya, pihaknya meminta pemerintah akui Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) serta mengakui Rancangan Undang Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT) dalam rangka Hari Perempuan Internasional tahun 2021. 
"Kita membawakan 7 tuntutan yang sudah disetujui nasional. Diantara yakni upah yang layak untuk perempuan, akui kekerasan seksual adalah pelanggaran HAM serta mengakui pekerja rumah tangga itu sebagai pekerja dengan mengesahkan RUU perlindungan pekerja rumah tangga yang sudah 17 tahun yang belum disahkan," beber  Koordinator aksi, Rizki Anggarini Santika Febriani, Senin, (09/03/21). 
Tidak hanya itu, ia menilai, perhatian pemerintah masih kurang terkait persoalan  pernikahan dibawah umur, khususnya di Kalimantan Selatan (Kalsel). 
Apalagi dimasa pandemi Covid-19 saat ini yang membuat pernikahan dini semakin meningkat. 
"Di Kalsel sendiri jika  kita perhatian angka pernikahan anak atau dini yang meningkat. Karena dimasa pandemi ini angka pernikahan dini semakin tinggi, meskipun UU perkawinan itu sudah direvisi dan dinaikan batas umurnya," tuturnya. 

Dilanjutkannya, meski kekerasan terhadap perempuan di Kalimantan Selatan tidak banyak, akan tetapi tren kekerasan gender berbasih online terus ada di Kalsel. Parahnya, hal itu menurutnya tidak ada hukum yang mengatur. 
"Kalau kekerasan perempuan di Kalsel sendiri itu tidak banyak. Tapi masih ada kekerasan gender melalui online misalnya chattingan. Itu biasanya yang di DM harga dan pelecehan melalui chat. Jadi kekerasan berbasis gender online itu sama sekali tidak diatur. Dan ini terjadi di Kalsel," Kata perempuan biasa dipanggil Kiki. 

Pihaknya pun berharap, adanya wadah yang mengatur untuk korban pelecehan seksual serta kekerasan terhadap perempuan. 
"Kekerasan di Kalsel banyak cuma banyak juga tidak lapor, paling ada yang sifatnya curhat. Karena banyak yang menilai kekerasan seksual itu aib. Jadi yang melapor itu takut bahwa mereka sendiri yang menjadi biang penyebabnya. Jadi harapannya ada wadah yang mengatur untuk korban aman untuk melapor," tutupnya. 

Sementara itu, aksi orasi di pinggir jalan yang bertepatan dengan Hari Peringatan Perempuan Internasional itu  berjalan tertib dan damai, aksi massa ini sempat menjadi perhatian dari para pengguna jalan yang kebetulan melintas, dan sambil dikawal aparat kepolisian setempat, usai menyampaikan sikapnya, massa kemudian membubarkan diri. Rian/Yayan
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar

Hallobanua

Follow Instagram Kami Juga Ya