IDI Menduga Echa Si Putri Tidur Terkena Sindrom Langka Kleine-Levin

Ketua IDI dr HM Rudiansyah

Hallobanua com, Banjarmasin - Sudah sepekan lebih Siti Raisa Miranda atau biasa disapa Echa tertidur.  Si putri tidur asal Banjarmasin tersebut disebut-sebut mengidap sindrom Kleine-Levin atau Hypersomnia. 

Keadaan tersebut menyebabkan Kantuk berlebih dapat disebabkan oleh hal-hal di luar penyakit. 

Hal itu disampaikan langsung oleh Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kalimantan Selatan (Kalsel) dr. H. M. Rudiansyah. 

"Kalau kita lihat ini kasus langka ya, memang itu sindrom tidur berlebihan atau hypersomnia," kata  dr. Rudi diruang kerjanya, Jum'at,( 09/04/21). 

Menurutnya, ada juga penyakit tidur yang berasal dari Afrika yakni Tripanosomiasis. Itu merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh infeksi protozoa yang tergabung dalam genus Trypanosoma.  

Penyakit ini ditularkan ke manusia melalui gigitan lalat tsetse (genus Glossina) yang sebelumnya telah menggigit hewan atau manusia lain yang terinfeksi. 

Namun menurut dr. Rudi, hal yang menyebabkan Echa tertidur bukan karena hal diatas. 

"Cuman kalau kasus Echa ini bukan karena kasus inveksi. Ini berhubungan dengan gangguan atau kelainan syaraf di otak yang berhubungan dengan tidur," tutur dr. Rudi. 

Ia juga mengungkapkan, ada juga  disebut dengan sindrom Kleine-Levin (KLS) yang menyebabkan tidur jangka panjang, akan tetapi dengan kondisi tubuh normal. 

"Ini bisa berhari-hari, berjam-jam bahkan lebih. Seperti Echa dulu pada 2017 silam sampai 13 hari," ungkapnya. 

Adapun dugaan keluarga bahwa Echa menjadi seperti itu, faktorakibat  kecelakaan yang terjadi 2016 lalu, dr. Rudi juga tidak menampik hal itu terjadi. 

"Ya mungkin saja. Karena terjadi kecelakaan ada darah menggumpal sediki yang kebetulan merangsang daerah syarafnya, yang memicu rasa ingin tidurnya yang berlebih. Itu bisa juga," katanya. 

Adapun untuk penyembuhan ujar Kepala Divisi Nefrologi tersebut cukup sulit, karena perlu MRI yang lebih detil dan cukup menguras biaya yang mahal. 

"Harus ada pemeriksaan lebih detil. Cuma saat ini ada di Jepang alat MRI yang cukup detil. Kalaupun operasi juga susah, karena kalau kena syarafnya sedikit itu takutnya menggangu syaraf yang lain," pungkasnya. 

Rian Akhmad/ Yayan
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar

Hallobanua

Follow Instagram Kami Juga Ya