Puncak Harganas ke-28, Pencegahan Stunting pada Anak Ditekankan

 
hallobanua.com, Banjarmasin - Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) yang ke 28, digelar di Balai Kota Banjarmasin pada Selasa (29/06/21) hari ini. 

Puncak acara ini tentunya sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena tema peringatan Harganas kali ini lebih mengarah pada pencegahan gangguan stunting pada anak sejak dini yang merupakan salah satu program prioritas nasional. 

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPKBPM) Kota Banjarmasin, Madyan mengungkapkan, berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin dalam rangka pencegahan stunting, salah satunya melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terutama calon orang tua. 

Sosialisasi pun meliputi tentang kesehatan alat reproduksi, perencanaan remaja yang ingin melangsungkan perkawinan, 1000 hari kehidupan pada saat kehamilan dan tentunya hingga pasca kelahiran anak. 

"Jadi sejak mereka melangsungkan perkawinan nanti kita edukasi kesehatan reproduksi serta kesehatan-kesehatan lainnya dalam rangka pencegahan stunting ini dan tentunya kami terus lakukan edukasi dan sosialisasi terkait hal ini kepada masyarakat," ungkapnya kepada awak media di sela-sela peringatan Harganas di Balai Kota Banjarmasin, Selasa (29/06/21) pagi. 

Madyan memaparkan, berdasarkan data terakhir kasus stunting pada anak di Banjarmasin, tercatat stunting pendek digabung sangat pendek itu ada sebanyak 1.999 dari jumlah balita yang telah didata sebanyak 47.672. 

"Angka stunting di Banjarmasin tidak terlalu besar berdasarkan dari data terakhir. Sehingga kalau dipersentasekan hanya terdapat 6,44 persen untuk di wilayah Banjarmasin," ungkap Madyan. 

Adapun beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kasus stunting pada anak ujarnya yakni faktor pernikahan dini yang dilakukan anak di bawah umur. 

Menurutnya, pernikahan yang dilakukan remaja belasan tahun tentunya sangat rawan terjadinya stunting pada anak yang nanti dilahirkan. 

Selain belum memiliki cukup ilmu, serta kestabilan emosi dan finansial untuk membesarkan anak. Kesehatan alat reproduksi juga belum siap untuk hamil dan melahirkan anak pada usia tersebut. 

"Makanya kita juga berupaya mensosialisasikan pendewasaan perkawinan di mana umur ideal perkawinan itu untuk perempuan berusia 21 tahun dan laki-laki berusia 25 tahun," ujarnya. 

Dilanjutkannya, sebelum memberlangsungkan pernikahan pihaknya turut memberikan edukasi perencanaan kehidupan bagi remaja agar mereka agar nanti pada saat kehamilan mereka bisa mempersiapkan diri terkait nutrisi dan gizi anak. 

"Karena pertama kehidupan itu bukan sejak lahir tapi sejak awal hamil itu sampai dengan 2 tahun setelah melahirkan. Artinya 1000 tahun kehidupan di intervensi betul-betul nutrisi dan gizinya," tutup Madyan. 

rian akhmad/ may
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar

Hallobanua

Follow Instagram Kami Juga Ya