hallobanua.com, Banjarmasin - Sebelum 1956-1969, organisasi pemadam kebakaran masih menggunakan nomenklatur Barisan Pemadam Kebakaran (BPK). Orientasi tugas pokok BPK sesuai namanya terfokus pada upaya pemadaman kebakaran. Dalam dinamikanya, terdapat nama DAMKAR, (Pemadam Kebakaran), BPK (Barisan Pemadam Kebakaran), BALAKAR (Bala Bantuan Kebakaran), KOMDAR (Komunikasi Darat), Himpunan Pemuda Pemudi Indonesia (HIPPINDO), serta wasta Pribumi.
Munculnya pemadam kebakaran swadaya di Kota Banjarmasin dilatari kerentanan terhadap bahaya kebakaran, karena banyaknya perumahan kumuh dan bahan bangunan yang terbuat dari kayu sehingga jika terjadi kebakaran maka akan memusnahkan puluhan bahkan ratusan buah rumah/bangunan.
Pada tahun 1956, berdiri Pemadam Kebakaran milik Pemda Kotamadya Banjarmasin. Jumlah armada pemadam kebakaran yang disediakan oleh Pemerintah Daerah Kota Banjarmasin sangat sedikit (sekitar 6 unit Fire Figther Truck).
Selain Pemda Kotamadya Banjarmasin sekitar tahun 1956 berdiri armada serupa yang dibangun warga Tionghoa bernama Tjung Hua Tjung Hui yang kemudian berganti nama menjadi HIPPINDO.
Dikatakan Mansyur berdasarkan perjalanan sejarah, BPK HIPPINDO sebuah yayasan yang didirikan oleh pemuda-pemudi keturunan Tionghoa dan Pribumi yang berpropesi sebagai pengusaha dan pedagang yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan.
Sebelum Tahun 1970 an, di Banjarmasin hanya ada 4 unit mobil FFT Pemadam Kebakaran yaitu 2 unit pada Ton I (Peloton I) yaitu BPK Pemda Kotamadya dan 2 unit milik Ton II yaitu BPK HIPPINDO.
Tahun 1972-1973 terjadi kebakaran besar di Daerah Kelurahan Pekauman. Api mengamuk selama kurang lebih 6 jam dan 4 unit mobil Pemadam Kebakaran yang ada tidak mampu mengatasi kebakaran tersebut, sehingga mengakibatkan ribuan rumah dan bangunan musnah terbakar.
Kebakaran tersebut tidak hanya memusnahkan tempat tinggal dan harta benda penduduk Pekauman akan tetapi juga modal usaha bagi para pedagang dan pengusaha sehingga mereka berpikir bagaimana cara melindungi harta benda, tempat tinggal dan usaha mereka dari bahaya kebakaran.
Saat musibah kebakaran hanya ada satu armada pemadaman kebakaran milik Pemkodya Banjarmasin yang bisa beroperasi.
Dari situ, akhirnya dibangun barisan pemadaman kebakaran swasta untuk membantu tugas armada milik pemerintah kota. Walikota Kamaruddin yang menjabat saat itu kemudian mendukung berdirinya pemadam kebakaran swadaya masyarakat di Banjarmasin.
Karena itulah sejak tahun 1972 muncul BKP SP (Swasta Pribumi) yang didirikan untuk pertama-tama melindungi usaha perdagangan mereka yang menjadi anggotanya dan juga secara sosial ikut serta menjadi sukarelawan memadamkan kebakaran yang terjadi di Banjarmasin tanpa atau dengan diminta tanpa menarik bayaran dari masyarakat. Mereka mendapatkan dana dari sumbangan masyarakat anggotanya dan masyarakat lainnya yang mau menjadi donatur.
BPK Swasta Pribumi yang diresmikan pada 16 Agustus 1975 oleh Walikotamadya Banjarmasin Kamaruddin. Bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Banjarmasin . BPK ini bermarkas di Jalan Teluk Tiram, Kecamatan Banjarmasin Barat.
Dari beberapa sumber dituliskan pada era itu Walikotamadya Kamaruddin menyarankan agar BPK Swasta Pribumi itu diganti namannya, agar kesannya tak terlalu berbau primordialisme. Namun, para pendiri tetap menolaknya, hingga akhirnya diambil jadi singkatan saja BPK SP dengan memasang semboyan, pantang bulik sebelum pajah (pantang pulang sebelum padam).
BPK ini disponsori oleh H Aini yang merupakan pengusaha sekaligus pedagang besar Pasar Ujung Murung.
Fasilitas BPK SP pun dilengkapi dengan peralatan canggih seperti mesin pompa pemadam kebakaran berkapasitas besar, ditambah trailer mesin mobil DOS 6 silinder, serta mesin rakitan yang berdaya semprot tinggi.
Hingga dekade tahun 2000 an BPK SP tetap berkantor di Jalan Teluk Tiram berdampingan dengan Kantor Lurah Telawang. Sampai, BPK SP pun telah memiliki 14 Batalyon (Ton) yang tersebar di lima kecamatan di Banjarmasin.
BPK SP yang bermetamorfosis menjadi PMK SP juga telah memiliki 20 unit mobil operasional, 13 unit mobil brandweer, ditambah 14 rescue boat. Hingga kemudian membangun markas baru di Jalan Kertak Baru Ilir, tepatnya berada di belakang Hotel Mentari Banjarmasin.
Berdirinya BPK SP kemudian diikuti oleh berdirinya BPK-BPK lainnya seperti Nasa, Radar, Kramat dan lainnya. Selain itu, terdapat nama DAMKAR, (Pemadam Kebakaran), BPK (BarisanPemadam Kebakaran), BALAKAR (Bala Bantuan Kebakaran), KOMDAR (Komunikasi Darat), serta Himpunan Pemuda Pemudi Indonesia (HIPPINDO), Swasta Pribumi.
Dalam beberapa dekade, terdapat puluhan bahkan ratusan peristiwa kebakaran besar yang ditangani pemadam kebakaran di Banjarmasin.
Sebut saja kebakaran besar tahun 1976 dan 1978 yang menghanguskan ribuan rumah membuat pihak Kelurahan Seberang Mesjid dan sebagian warga di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, mendirikan kelompok pemadam kebakaran swadaya.
Alat alat yang digunakan untuk memadamkan kebakaran saat itu, sangat sederhana. Seperti alat dari PMK Seberang Mesjid hanya memiliki alat satu drum yang dipotong menjadi dua bagian.
Drum itu digunakan untuk wadah pasir, sekop, garu, dan ember. Pada tahun 1982, baru mempunyai trailer pengangkut pompa air meski yang masih ditarik orang. Pada 1985, sudah didukung mobil buatan tahun 1970-an untuk menarik trailer.
Jumlah BPK meningkat tajam sejak Tahun 1997 yaitu setelah terjadinya peristiwa kerusuhan Kampanye Pemilu Tahun 1997 yang dikenal dengan peristiwa Jumat Kelabu 23 Mei 1997 di Kota Banjarmasin yang mengakibatkan Kota Banjarmasin menjadi lautan api dengan memusnahkan hampir seluruh pusat perbelanjaan seperti Mitra Plaza, Junjung Buih Plaza, Srikaya Swalayan dan pertokoan Lima Cahaya yang mana hanya menyisakan satu pusat perbelanjaan/swalayan yaitu Siola Tama.
Korban jiwa yang hilang dan meninggal dalam peristiwa itu adalah sekitar 600 orang akibat dari terkurung dipertokoan Mitra Plaza dan Srikaya dari akibat kerusuhan dan banyak orang yang kehilangan pekerjaan atau usaha, sehingga Kota Banjarmasin hampir lumpuh karenanya.
Sejak itulah satuan unit pemadam kebakaran di Kota Banjarmasin menjadi termasuk yang sangat besar di Indonesia dari segi jumlah unit kuantitasnya.
Jumlah kesatuan BPK di Kota Banjarmasin menjadi sangat besar dan menjadi satu-satunya kota di Indoenesia yang mana penyediaan oleh swasta/swadaya masyarakat.
Pemerintah Kota Banjarmasin sekarang mempunyai I unit mobil FFT dari 6 unit FFT dan 3 unit Fortable. Sebelumnya 5 unit mobil FFT diserahkan ke BPK swasta/swadaya masyarakat dengan status dipinjamkan sejak pelaksanaan Otonomi Daerah I Januari 2001.
Pemadam Kebakaran Kota Banjarmasin yang dahulunya berada di bawah bagian Ketertiban Umum (TIBUM) dibubarkan dan sekarang berada di bawah Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat dengan hanya mengelola I unit mobil FFT yang berangsur-angsur juga akan diserahkan pengelolaannya ke swasta dan Pemerintah Daerah nantinya hanya mengkordinasi BPK-BPK yang ada di Kota Banjarmasin.
Penulis: Mansyur, Dosen Prodi Pendidikan Sejarah FKIP ULM.
0 Komentar