![]() |
foto: KITLV; live.staticflickr.com |
hallobanua.com, Banjarmasin - Bagi warga Banjarmasin, mungkin tidak asing lagi dan bahkan tiap hari melewati Jalan S. Parman. Panjang jalan ini sekitar 1,35 Kilometer.
Pada jalan ini terletak beberapa bangunan utama di Kota Banjarmasin, seperti Kantor Polda Kalsel, Kantor Kemendikbud (Dulu Depdikbud/ P & K) Banjarmasin.
Letaknya mulai dari bundaran jalan Suprapto dan AS Musyaffa hingga Jalan Brigjend H Hasan Basry yang dipisahkan oleh Sungai Kuin/Pangeran.
Seperti ditulis Dosen FKIP Prodi Sejarah ULM Banjarmasin, Mansyur, Jalan ini memiliki catatan sejarah panjang. Pada masa Hindia Belanda, jalan ini bernama Militaire Weg atau Jalan Militer. Pada masa kemerdekaan berubah nama menjadi Jalan Kalimantan.
Jalan ini memiliki dua simpang yakni Simpang Militair Weg 1, sekarang bernama Jalan (Gang) Karimata. Kemudian kedua, Simpang Militair Weg 2 yang sekarang bernama Jalan Andalas (sekarang menghubungkan simpat empat belitung dengan simpang empat Pasar Lama).
Berdasarkan foto lama koleksi KITLV (1898) berjudul Militaire Weg te Bandjermasin, jalan ini mengalami banyak perubahan, terutama infrastruktur sekitar jalan.
Pada tahun 1898, jalan ini masih dipenuhi pepohonan rindang. 121 tahun kemudian berubah menjadi deretan toko, kantor pemerintahan hingga rumah ibadah.
Pada masa Hindia Belanda terdapat empat status penamaan jalan. Diantaranya Boulevard untuk jalan lebar di tengah jalur hijau. Kemudian Laan untuk jalan penghubung antara jalan ramai. Straat untuk jalan yang memiliki kegiatan bisnis dan perdagangan. Serta weg, Nama jalan untuk daerah permukiman, contohnya Militaire Weg. Kawasan Weg terlarang untuk tempat perdagangan.
Pasca hengkangnya Belanda dari Tanah air dan gemuruh nasionalisme begitu membakar, penamaan jalan di Indonesia yang berbau belanda digantikan dengan nama berbau Indonesia, sebagian besar berasal dari nama pahlawan tanah air.
Tim Liputan/ may
0 Komentar