Tak Ada Biaya Operasi, Pasca Kecelakaan Nurul Hanya Bisa Terbaring di Dalam Kamar

 

Nurul didampingi sang Kakak saat belajar daring

hallobanua.com, Banjarmasin - Sudah hampir 2 tahun, Nurul Hasanah (17) lumpuh,  hanya bisa berbaring dan duduk di ranjang kamarnya. Kondisi seperti itu dialaminya pasca mengalami kecelakaan bersama kakak sepupunya pada Agustus 2020 lalu.

Akibat peristiwa tabrakan itu, Nurul mengalami patah dibagian lengan dan paha kanan. Kendati demikian, ia masih sedikit beruntung, lantaran kakak sepupunya yang ikut jadi korban kecelakaan, telah meninggal dunia.

"Ketika melintas di kawasan Jalan Handil Bakti, kami mau jalan-jalan. Setelah itu sepeda motor kami tabrakan dengan seorang pengguna jalan lainnya. Saat itu  juga mengendarai sepeda motor," ungkap perempuan kelahiran 4 Mei 2004 itu. 

Pasca kejadian, keduanya pun diketahui langsung tak sadarkan diri dan dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ansari Shaleh. Malang nasib kakak sepupunya, nyawanya tak bisa diselamatkan.

Mirisnya, karena keterbatasan ekonomi Ia tak mampu untuk mengeluarkan biaya untuk berobat.

Saat disambangi hallobanua.com di rumahnya, Kamis (27/1/22)  Jalan Kenari 1, RT 08, RW 09, Nomor 12, Kelurahan Basirih Selatan, Kecamatan Banjarmasin Selatan, Nurul masih tetap semangat didampingi sang kakak Miftahul Janah, saat mengikuti pembelajaran secara daring di kamarnya. 

"Saat peristiwa kecelakaan itu terjadi, saya masih duduk di bangku kelas XI," tutur siswi kelas XII SMA Muhammadiyah 2 Banjarmasin.

Dengan patah lengan dan paha sebelah kanan, tentunya membuat Nurul tak bisa lagi leluasa beraktifitas. 

Bahkan, untuk berdiri saja, dia sangat kesulitan. Apa lagi untuk bisa berjalan atau pergi ke sekolah. 

Beruntung, pihak sekolah masih memperkenankan Nurul untuk bisa mengikuti pembelajaran, meski pun secara daring.

Sambung Miftahul, di kediaman, ia dan sang adik tinggal bersama sang ayah, yang diketahui bekerja sebagai pedagang menjajakan perabotan dapur (berupa pisau) dari pasar ke pasar. 

Jadi, untuk keperluan sehari-hari, sang kakak lah yang membantu mengurusnya. Seperti saat mengikuti pelajaran secara daring dan juga keperluan mandi cuci kakus (MCK). 

"Untuk tugas sekolah, biasanya saya yang mencatatkannya. Karena di bagian lengan ini masih berasa nyeri. Sakit sekali kata dia. Termasuk di bagian paha kaki. Dan memang tak bisa berjalan," jelas sang kakak. 

Lalu, apakah bekas kecelakaan yang diderita Nurul pernah diobati? Msnjawab itu, Miftah mengatakan hingga saat ini imbas dari kecelakaan itu belum bisa diobati. 

Saat ini,  upaya pengobatan alias pemulihan yang pernah ditempuh, hanya melalui jasa tukang urut. 

"Seingat saya sudah berkali-kali diurut, tapi belum ada perkembangan. Kami sempat bertanya kepada pihak rumah sakit terkait pengobatan yang mesti ditempuh. Kata pihak rumah sakit, mesti dioperasi. Dan biayanya Rp80 juta," beber perempuan 18 tahun itu. 

Karena tidak ada biaya berobat, membuat adiknya terpaksa hanya mendapatkan perawatan biasa. Saat kecelakaan pun, pihaknya juga tak bisa berbuat banyak. 

"Berada di rumah sakit hanya satu hari. Tidak sempat dirontgen, langsung dibawa pulang. Tapi, sudah dikasih tahu bahwa lengan dan paha kaki saya ini patah," tutur Nurul. 

"Ingin meminta pertanggung jawaban ke si penabrak, rupanya kondisinya juga sama seperti kami. Orang tak mampu juga. Tapi yang kami tahu, si penabrak, hanya mengalami luka lecet biasa," timpal Miftah. 

Miftah dan sang adik pun hanya bisa berharap, ada dermawan yang bersedia membantu pengobatan adiknya. 

Tentunya, harapan Nurul pun ingin dirinya bisa sembuh seperti sedia kala, dan bisa kembali bersekolah.

"Kalau ada rezekinya, saya sangat ingin dioperasi," pungkas Nurul. 

 rian akhmad/ may

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar

Hallobanua

Follow Instagram Kami Juga Ya