hallobanua.com, BANJARMASIN - Berbagi ilmu dan insipirasi kepada masyarakat di Kalimantan Selatan (Kalsel), Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Kalsel kembali mendatangkan seorang penulis ternama nasional, yakni Dian Purnomo.
Kepala Dispersip Kalsel yang diwakili oleh Sekretaris Dispersip Kalsel, M Ramadhan mengatakan, tujuan pihaknya mendatangkan penulis-penulis ternama merupakan salah satu bentuk upaya dari untuk meningkatkan minat baca di Kalsel.
“Jadi ini salah bentuk upaya kami dalam meningkatkan minat baca bagi masyarakat Kalsel dengan mendatangkan penulis yang memang bisa membuat anak-anak muda dan masyarakat semakin cinta dengan tulisan dan buku yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kecerdasan mereka,” kata Ramadhan.
Ramadhan bilang, selain meningkatkan minat baca, kedatangan penulis ternama ke Banua ini juga merupakan upaya untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan Indek Pembangunan Literasi (IPL) Kalsel.
Diketahui pada tahun 2020 lalu menjadi IPL tertinggi dari seluruh provinsi se-Indonesia.
“Kegiatan ini juga bagian dari mempertahankan Indeks Pembangunan Literasi di Kalsel yang tertinggi di Indonesia pada tahun 2020 lalu,” ujarnya.
Sementara itu, penulis Dian Purnomo, mengatakan literasi bisa menjadi alat untuk memperjuangkan keadilan apabila diiringi dengan riset yang baik dan benar, serta target yang sesuai.
“Dari pengalaman saya, menyuarakan keadilan melalui literasi ini cukup efektif. Seperti halnya yang saya lakukan melalui novel saya yang berjudul perempuan yang menangis kepada bulan hitam," ungkapnya.
Menurutnya, melalui novel itu, dirinya dapat menceritakan tentang adat kawin tangkap di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Yang di dimana perempuan yang menjadi korbannya.
Menurut perspektifnya, kawin tangkap di zaman kesetaraan gender seperti saat ini merupakan sebuah praktik kekerasan terhadap perempuan yang dibungkus dengan embel-embel budaya.
Oleh sebab itu, Dian pun mengimbau dan mengajak masyarakat khususnya perempuan untuk melek dengan isu atau peristiwa kekerasan yang terjadi disekitar mereka.
“Kita harus melek sih. Kita tengok kiri-kanan karena isu itu tidak jauh dari kita kok. Jangan-jangan di dalam rumah kita sendiri juga ada isu-isu kekerasan ataupun ketimpangan,” pungkasnya.
Penuli : rian akhmad/ may
Kalsel



0 Komentar