Ini Nasib Transportasi Speed Boat Dimasa Pandemi


hallobanua.com, Banjarmasin - 2 tahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia tentu sangat berdampak pada seluruh sektor, baik perdagangan, Industri dan usaha transportasi. 

Ditengah pandemi saat ini, para motoris speed boat di Kota Banjarmasin pun terus berjuang untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. 

Rusdi, Koordinator Speed Boat di Dermaga Jembatan Merdeka mengakui jika saat ini mata pencahariannya sangat berbeda dari sebelum Covid-19 melanda. 

Ia bilang, masa kejayaan penggunaan transportasi speed boat yakni sekitar tahun 1980 an. Ketika saat itu beberapa jalan darat dibeberapa wilayah sulit dilalui. 

"Waktu itu, 5 menit sekali pasti ada speed boat yang melintas, membelah Sungai Martapura. Saat itu, penumpang yang diangkut pun banyak. Tak pernah kosong. Saya rasa, itu masa kejayaannya," ungkap Rusdi, Minggu, (06/03/22). 

Namun, berselang beberapa tahun berlalu seiring jalur darat yang semakin membaik, dan kejayaan transportasi sungai pun meredup. 

Bahkan, kondisi itu kian semakin meredup karena akses darat kini terus berangsur-angsur mulus, dan masyarakat lebih banyak memilih memakai transportasi darat untuk bepergian. 

"Seingat saya, terakhir speed boat ramai digunakan itu sebelum Jembatan Barito rampung atau diresmikan pada tahun 1997," bebernya. 

Rusdi bilang, setidaknya ada 30 unit speed boat yang sandar di dermaga itu. Kondisinya pun beragam, ada yang masih lengkap dengan mesin di buritan speed boat, ada pula yang tidak. 

"Kalau dihitung-hitung, yang beroperasi prima, mungkin hanya setengahnya. Selebihnya saya belum bisa. Lantaran sedang diservis," ungkap pria 40 tahun itu. 

Seiring berjalannya waktu hingga sekarang, minimnya penumpang kapal speed boat pun kian terasa. 

Saking minimnya, bahkan ada waktu selama 1 bulan penuh para motoris tidak mengantarkan penumpang sama sekali. 

"Perlahan-lahan motoris mulai merasakan kurangnya penumpang. Itu, terjadi pada awal tahun tadi. Ketika batu bara tidak diperbolehkan untuk melakukan ekspor," ujar Rusdi. 

Menurut Rusdi, penumpang speed boat kini bukan lagi masyarakat yang hendak bepergian dari daerah satu ke daerah lainnya. Akan tetap pegawai perusahaan atau pegawai kapal yang berada di laut lepas. Yang umumnya, bekerja di perusahaan atau kapal batu bara. 

"Misalnya, operator kapal, tenaga kerja bongkar muat (TKBM) kapal, hingga surveyor kapal yang minta diantar ke laut lepas. Tujuannya, salah satunya ke kawasan Tabanio, Kabupaten Tanah Laut. Itu pun lebih banyak sistem telepon. Di mana mereka mau penumpang minta di jemput. Itu pun, speed boat yang membawa mesti bergiliran," sambungnya. 

Ditanya apakah ada wisatawan yang menyewa speed boat untuk berwisata? 

Rusdi mengaku pelancong lebih banyak memilih perahu mesin biasa untuk pergi ke kawasan Pasar Terapung atau Pulau Kembang. 

"Karena biaya operasional speed boat lumayan mahal. Speed boat mesin 1 biasanya dipatok Rp1,5 juta. Dan speed boat mesin 2, biayanya Rp2,5 juta. Kalau ada yang berwisata pakai speed boat, mungkin hanya orang kaya," ucapnya sembari tersenyum. 

Penulis : rian akhmad/ may
Kota bjm
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar

Hallobanua

Follow Instagram Kami Juga Ya